Minggu, 23 Maret 2008

AGAMA LANGIT DAN AGAMA BUMI

Ada berbagai cara menggolongkan agama-agama dunia. Ernst Trults seorang teolog Kristen menggolongkan agama-agama secara vertikal: pada lapisan paling bawah adalah agama-agama suku, pada lapisan kedua adalah agama hukum seperti agama Yahudi dan Islam; pada lapisan ketiga, paling atas adalah agama-agama pembebasan, yaitu Hindu, Buddha dan karena Ernst Trults adalah seorang Kristen, maka agama Kristen adalah puncak dari agama-agama pembebasan ini.

Ram Swarup, seorang intelektual Hindu dalam bukunya; “Hindu View of Christianity and Islam” menggolongkan agama menjadi agama-agama kenabian (Yahudi, Kristen dan Islam) dan agama-agama spiritualitas Yoga (Hindu dan Buddha) dan mengatakan bahwa agama-agama kenabian bersifat legal dan dogmatik dan dangkal secara spiritual, penuh klaim kebenaran dan yang membawa konflik sepanjang sejarah. Sebaliknya agama-agama Spiritualitas Yoga kaya dan dalam secara spiritualitas dan membawa kedamaian.

Ada yang menggolongkan agama-agama berdasarkan wilayah dimana agama-agama itu lahir, seperti agama Semitik atau rumpun Yahudi sekarang disebut juga Abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama-agama Timur (Hindu, Buddha, Jain, Sikh, Tao, Kong Hu Cu, Sinto).

Ada pula yang menggolongkan agama sebagai agama langit (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama bumi (Hindu, Buddha, dll.) Penggolongan ini paling disukai oleh orang-orang Kristen dan Islam, karena secara implisit mengandung makna tinggi rendah, yang satu datang dari langit, agama wahyu, buatan Tuhan, yang lain lahir di bumi, buatan manusia. Penggolongan ini akan dibahas secara singkat di bawah ini.

Agama bumi dan agama langit.

Dr. H.M. Rasjidi, dalam bab Ketiga bukunya “Empat Kuliyah Agama Islam Untuk Perguruan tinggi” membagi agama-agama ke dalam dua kategori besar, yaitu agama-agama alamiah dan agama-agama samawi. Agama alamiah adalah agama budaya, agama buatan manusia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Hindu dan Budha. Mengenai agama Hindu Rasjidi mengutip seorang teolog Kristen, Dr. Harun Hadiwiyono, Rektor Sekolah Tinggi Theologia “Duta Wacana” di Yogyakarta sebagai berikut:

“Sebenarnya agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu sebenarnya adalah satu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi jaman sejak kira-kira 1500 S.M hingga jaman sekarang. Dalam perjalanannya sepanjang abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil berobah dan terbagi-bagi, sehingga agama ini memiliki ciri yang bermacam-macam, yang oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan, tetapi kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali. Berhubung karena itu maka Govinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu sesungguhnya adalah satu proses antropologis, yang hanya karena nasib baik yang ironis saja diberi nama agama.” 1)

Samawi artinya langit. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk di kursinya di langit ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam bab Keempat dengan judul “Agama Islam adalah Agama Samawi Terakhir” Rasjidi dengan jelas menunjukkan atau menempatkan Islam sebagai puncak dari agama langit. Hal ini dapat dipahami karena Rasjidi bukan saja seorang guru besar tentang Islam, tetapi juga seorang Muslim yang saleh.

Bahkan dengan doktrin mansukh, pembatalan, para teolog dan ahli fikih Islam mengklaim, Qur’an sebagai wahyu terakhir telah membatalkan kitab-kitab suci agama-agama sebelumnya (Torah dan Injil).

Bila Tuhan yang diyakini oleh ketiga agama bersaudara ini adalah satu dan sama, pandangan para teolog Islam adalah logis. Tetapi disini timbul pertanyaan, apakah Tuhan menulis bukunya seperti seorang mahasiswa menulis thesis? Sedikit demi sedikit sesuai dengan informasi yang dikumpulkannya, melalui percobaan dan kesalahan, perbaikan, penambahan pengurangan, buku itu disusun dan disempurnakan secara perlahan-lahan?

Tetapi ketiga agama ini tidak memuja Tuhan yang satu dan sama. Masing-masing Tuhan ketiga agama ini memiliki asal-usul yang berbeda dan karakter yang berbeda. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel oleh Musa. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal. Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad. Jadi Yahweh, Trinitas dan Allah adalah tuhan-tuhan yang dibuat manusia. 2) (Lihat Karen Amstrong: A History of God).

Dan karakter dari masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya.

Jadi jelaslah di langit-langit suci agama-agama rumpun Yahudi ini terdapat lima oknum Tuhan yang berbeda-beda, yaitu Yahweh, Trinitas (Roh Kudus, Allah Bapa dan Tuhan Anak atau Jesus) dan Allah Islam. Masing-masing dengan ribuan malaikat dan jinnya.

Pengakuan terhadap Tuhan yang berbeda-beda tampaknya bisa menyelesaikan masalah soal pembatalan kitab-kitab atau agama-agama sebelumnya oleh agama-agama kemudian atau agama terakhir. Masing-masing Tuhan ini memang menurunkan wahyu yang berbeda, yang hanya berlaku bagi para pengikutnya saja. Satu ajaran atau satu kitab suci tidak perlu membatalkan kitab suci yang lain.

Tetapi disini timbul masalah lagi. Bagaimana kedudukan bagian-bagian dari Perjanjian Lama yang diterima atau diambil oleh Perjanjian Baru? Bagaimana kedudukan bagian-bagian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdapat di dalam Al-Qur’an? Apakah bagian-bagian itu dipinjam dari Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain, yang ada belakangan? Atau persamaan itu hanya kebetulan? Ataukah para penulis kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab terdahulu?

Pembagian agama menjadi agama bumi dan agama langit, dari sudut pandang Hindu sebenarnya tidak menjadi masalah. Ini terkait dengan konsep ketuhanan dari masing-masing agama. Agama-agama Abrahamik atau Rumpun Yahudi (nama yang lebih tepat daripada “agama langit”) memandang Tuhan sebagai sosok berpribadi, seperti manusia, yang berdiam di langit (ke tujuh) duduk di atas kursinya, yang dipikul oleh para malaikat. Dari kursinya di langit itu Dia melakukan segala urusan, termasuk antara lain, tetapi tidak terbatas pada, mengatur terbit dan tenggelannya matahari, “menurunkan” wahyu dan lain sebagainya. Dari segi ini benarlah sebutan “agama langit” itu, karena ajarannya diturunkan oleh Tuhannya yang bermukim nun jauh di langit.

Dalam pandangan agama Hindu, Tuhan bersifat panteistik, yang melingkupi ciptaan (imanen) dan sekaligus di luar ciptaannya (transenden). Menurut pandangan Hindu Tuhan tidak saja lebih besar dari ciptaannya, tetapi juga dekat dengan ciptaannya. Kalau Tuhan hanya ada di satu tempat di langit ketujuh, berarti Ia ada di satu noktah kecil di dalam ciptaannya. Oleh karena itu Dia tidak Mahabesar. Agak mirip dengan pengertian ini, di dalam agama Hindu, dikenal ajaran tentang Avatara, yaitu Tuhan yang menjelma menjadi mahluk, yang lahir dan hidup di bumi – seperti Rama dan Krishna – menyampaikan ajarannya di bumi langsung kepada manusia tanpa perantara.

Dari segi ini, dikotomi agama langit dan agama bumi tidak ada masalah. Baru menjadi masalah ketika “truth claim” yang menyertai dikotomi ini. Bahwa agama langit lebih tinggi kedudukannya dari agama bumi; karena agama-agama langit sepenuhnya merupakan bikinan Tuhan, yang tentu saja lebih mulia, lebih benar dari agama-agama bumi yang hanya buatan manusia dan bahwa oleh karenanya kebenaran dan keselamatan hanya ada pada mereka. Sedangkan agama-agama lain di luar mereka adalah palsu dan sesat.

Pandangan “supremasis” ini membawa serta sikap “triumpalis”, yaitu bahwa agama-agama yang memonopoli kebenaran Tuhan ini harus menjadikan setiap orang sebagai pengikutnya, menjadikan agamanya satu-satunya agama bagi seluruh umat manusia, dengan cara apapun. Di masa lalu “cara apapun” itu berarti kekerasan, perang, penaklukkan, penjarahan, pemerkosaan dan perbudakan atas nama agama.

Masalah wahyu

Apakah wahyu? Wahyu adalah kata-kata Tuhan yang disampaikan kepada umat manusia melalui perantara yang disebut nabi, rasul, prophet. Bagaimana proses penyampaian itu? Bisa disampaikan secara langsung, Tuhan langsung berbicara kepada para perantara itu, atau satu perantara lain, seorang malaikat menyampaikan kepada para nabi; atau melalui inspirasi kepada para penulis kitab suci. Demikian pendapat para pengikut agama-agama rumpun Yahudi.

Benarkah kitab-kitab agama Yahudi, Kristen dan Islam, sepenuhnya merupakan wahyu Tuhan? Bila benar bahwa kitab-kitab ini sepenuhnya wahyu Tuhan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna, maka kitab-kitab ini sepenuhnya sempurna bebas dari kesalahan sekecil apapun. Tetapi Studi kritis terhadap kitab-kitab suci agama-agama Abrahamik menemukan berbagai kesalahan, baik mengenai fakta yang diungkapkan, yang kemudian disebut ilmu pengetahun maupun tata bahasa. Berikut adalah beberapa contoh.

Pertama, kesalahan mengenai fakta.

Kitab-suci kitab-suci agama ini, menyatakan bumi ini datar seperti tikar, dan tidak stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan memasang tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataannya bumi ini bulat seperti bola. Dan sekalipun ada banyak gunung, lebih dari tujuh, bumi tetap saja bergoyang, karena gempat.

Kedua, kontradiksi-kontradiksi.

Banyak terdapat kontradiksi-kontradiksi intra maupun antar kitab suci-kitab suci agama-agama ini. Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan sebagai bukti ketaatannya kepada Tuhan (Yahweh atau Allah). Bible mengatakan yang hendak dikorbankan adalah Isak, anak Abraham dengan Sarah, istrinya yang sesama Yahudi. Sedangkan Qur’an mengatakan bukan Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin dengan Hagar, budak Ibrahim yang asal Mesir

Contoh lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan (Putra), sedangkan Al-Qur’an menganggap Jesus (Isa) hanya sebagai nabi, dan bukan pula nabi terakhir yang menyempurnakan wahyu Tuhan.

Ketiga, kesalahan struktur kalimat atau tata bahasa.

Di dalam kitab-kitab suci ini terdapat doa-doa, kisah-kisah, berita-berita tentang kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis oleh seseorang (wartawan) atas seseorang yang lain (dari obyek berita, dalam hal ini Tuhan). Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai “Aku, Kami, Dia, atau nama-namanya sendiri, seperti Allah, Yahweh, dll”. Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan Dia, kata ganti ketiga? Kata-kata atau kalimat-kalimat pejoratif seperti Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui ini pastilah dibuat oleh manusia, sebab mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri.

Keempat, ajaran tentang kekerasan dan kebencian.

Di dalam kitab-suci kitab-suci agama-agama langit ini banyak terdapat ajaran-ajaran tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena kebangsaan maupun keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian terhadap orang Mesir, Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru terdapat ajaran kebencian terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat kebencian terhadap orang-orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama-agama lain yang dicap kafir secara sepihak. Pertanyaan atas soal ini, betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah akhirnya ajaran-ajaran kebencian ini menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?

Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang menurunkan wahyu kebencian dan kekerasan semacam itu? Di dalam agama Hindu kebencian dan kekerasan adalah sifat-sifat para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau syaitan).

Di samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak meminjam dogma dari agama-agama lain, bahkan dari komunitas yang mereka sebut penyembah berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang eskatologi seperti hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan terakhir dipinjam oleh agama Yahudi dari agama Zoroaster Persia, lalu diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda tentang penciptaan Adam dipinjam dari leganda tentang penciptaan Promotheus dalam agama Yunani kuno. Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran dari agama-agama atau tradisi buatan manusia?

Swami Dayananda Saraswati (1824-1883), pendiri Arya Samaj, sebuah gerakan pembaruan Hindu, dalam bukunya Satyarth Prakash (Cahaya Kebenaran) membahas Al Kitab dan AI-Qur’an masing-masing di dalam bab XI II dan XIV, dan sampai kepada kesimpulan yang negatif mengenai kedua kitab suci ini. Bahwa kedua kitab suci ini mengandung hal-hal yang patut dikutuk karena mengajarkan kekerasan, ketahyulan dan kesalahan. Ia meningkatkan penderitaan ras manusia dengan membuat manusia menjadi binatang buas, dan mengganggu kedamaian dunia dengan mempropagandakan perang dan dengan menanam bibit perselisihan.

Apa yang dilakukan oleh Swami Dayananda Saraswati adalah kounter kritik terhadap agama lain atas penghinaan terhadap Hindu yang dilakukan sejak berabad-abad sebelumnya oleh para teolog dan penyebar agama lainnya.

Kesimpulan.

Tidak ada kriteria yang disepakati bersama di dalam penggolongan agama-agama. Setiap orang membuat kriterianya sendiri secara semena-mena untuk tujuan meninggikan agamanya dan merendahkan agama orang lain. Hal ini sangat kentara di dalam agama-agama missi yang agresif seperti Kristen dan Islam dimana segala sesuatu dimaksudkan sebagai senjata psikologis bagi upaya-upaya konversi dan proselitasi mereka.

Di samping itu tidak ada saksi dan bukti untuk memverifikasi dan memfalsifikasi apakah isi suatu kitab suci betul-betul wahyu dari Tuhan atau bukan? Yang dapat dikaji secara obyektif adalah isi atau ajaran yang dikandung kitab suci-kitab suci itu apakah ia sesuai dengan dan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, kebaikan hati atau mengajarkan kebencian dan kekerasan?

Penggolongan agama-agama menjadi agama langit dan agama bumi, jelas menunjukkan sikap arogansi, sikap merendahkan pihak lain, dan bahkan sikap kebencian yang akhirnya menimbulkan kekerasan bagi pihak yang dipandangnya sesat, menjijikan dan tidak bernilai. Di lain pihak penggolongan ini menimbulkan rasa tersinggung, kemarahan, dan akhirnya kebencian. Bila kebencian bertemu kebencian, hasilnya adalah kekerasan.

Melihat berbagai cacat dari kitab suci-kitab suci mereka, khususnya ajarannya yang penuh kebencian dan kekerasan, maka isi kitab suci itu tidak datang dari Tuhan, tetapi dari manusia yang belum tercerahkan, apalagi Tuhan-Tuhan mereka adalah buatan manusia.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas disarankan agar dikotomi agama langit dan agama bumi ini tidak dipergunakan di dalam baik buku pelajaran, wacana keagamaan maupun ilmiah. Dianjurkan agar dipergunakan istilah yang lebih netral, yaitu agama Abrahamik dan agama Timur.

(Ngakan Putu Putra sebagaian bahan dari SATS ; “Semua Agama Tidak Sama” ).

Catatan kaki:
I). Prof . DR. H.M. Rasjidi : “Empat Kuliyah Agama Islam pada Perguruan Tinggi” penerbit Bulan Bintang, Jakarta, cetakan pertama, 1974. hal 10) H.M Rasjidi hal 53
2). Lihat Karen Amstrong : A History of God
3). Swami Dayananda Saraswati Satyarth Prakash (Light of Truth), hal 648.
4). Ibid hal 720.

sumber : http://religi.wordpress.com/2007/03/16/agama-langit-dan-agama-bumi/

Injil-injil kanonik dalam Perjanjian Baru ternyata mengandung banyak kesalahan periwayatan sejarah

Injil-injil kanonik dalam Perjanjian Baru ternyata mengandung banyak kesalahan periwayatan sejarah, yang tak dapat dijelaskan dan dijawab secara memuaskan, dan sekaligus membuktikan bahwa Injil-injil kanonik (Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes) hanya bisa disejajarkan dengan dongeng mitologi zaman baheula. Injil-injil berisi berbagai peristiwa yang sebenarnya tak pernah terjadi. Injil-injil hanyalah kelanjutan episode cerita mitos pagan seperti dewa matahari seperti Mithras, Horus, dan Bacchus, dll.

Cerita mengenai penyaliban, kebangkitan orang-orang kudus versi Matius, gempa bumi, kebangkitan, dan penyaliban itu sendiri adalah peristiwa-peristiwa mitos, yang tidak direkam oleh sejarawan yang tinggal selama periode waktu tsb. Philo Judaes hidup sekitar tahun 50 M dan ia tidak pernah menyebutkan peristiwa-peristiwa seperti apa yang telah diceritakan oleh Injil kanonik. Kesaksian Pilatus TIDAK menyebut Yesus. Ribuan orang kriminal disalib oleh Romawi, tetapi tidak ada cerita mengenai Yesus, karena memang Pilatus tidak pernah menyalib Yesus. Yesus telah diselamatkan oleh Allah berdasarkan Qur’an 4:157.

Matius adalah satu-satunya Injil Perjanjian Baru yang mencatat ‘pembantaian bayi-bayi yang tidak berdosa atas perintah Herodes’. Kami memiliki berbagai komentar cendekiawan yang menyatakan bahwa ‘peristiwa pembantaian bagi-bayi oleh Herodes’ hanyalah kilas balik dari mitologi pagan. Dewa matahari orang Yunani kuno, Roma, dan Mesir diancam ketika lahir, dan perintah pembunuhan kepada ’semua bayi-bayi yang baru lahir’. Episode Injil Matius 2:16 adalah suatu bentuk replay yang dilakoni oleh Yesus yang menjiplak kepercayaan masyarakat pagan.

Istilah ‘Tuhan Anak’ yang diatributkan untuk Yesus mengimplikasikan kepercayaan Pagan Trinitas. Title ‘Domba Tuhan’ (Lamb of God) tidaklah unik, sebab telah terlebih dahulu dipakai agama Hindu untuk kristus atau mesias mereka yaitu Krishna.

Berikut ini adalah beberapa error historis dalam Injil.

Herodes tidak pernah memerintahkan pembantaian balita

Ramalan yang dihubung-hubungkan untuk kelahiran seorang mesias bernama Yesus yang jiwanya terancam karena keputusan Herodes membunuh bayi-bayi yang tidak berdosa hanya ada dalam Injil Matius 2:16-18 yang mengklaim itu adalah nubuat dari Yeremia 31:15 yang menyatakan bahwa “Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena anak-anaknya, sebab mereka tidak ada lagi”.

Konteks Yeremia adalah bukan nubuat masa depan dimana anak-anak dibantai oleh Herodes. “Rahel menangisi anak-anaknya’ merefer kepada ibu dari Yusuf dan Benyamin (dan istri dari Yakub) yang menangisi anak-anaknya. Pada konteks ini adalah mengenai penawanan Babylonia. Ayat berikutnya mengatakan bahwa orang-orang yang mengalami pembuangan akan kembali.

Pembantaian oleh Herodes (Matius 2:16) adalah bohong karena pengarang Injil Matius adalah satu-satunya orang yang mencatat peristiwa ini. Sejarawan Yahudi Flavius Josephus tidak mencatat peristiwa ini.

“Karena kita telah melihat, cerita-cerita malaikat-malaikat dan gembala-gembala, dalam Lukas, dan dari orang bijak, dalam Matius, adalah catatan ulang dari tema mistis orang-orang Mesir pada tahun sekurang-kurangnya dua ribu tahun lebih awal. Mereka melukiskan dalam bentuk seni di Luxor. Tidak ada bukti historis “pembantaian orang-orang yang tak berdosa” oleh Herodes. Pikiran sehat mengatakan kepada kita bahwa sebuah perintah seperti ini tidak mungkin. Apakah Herodes bermaksud untuk membunuh anak-anak dari teman-temannya, tentara-tentaranya, pelayan-pelayan sipilnya, turis-turis yang lewat, dan lain-lain (Tom Harper, The Pagan Christ, hal. 126)

Injil-injil Error dalam Geografi

Markus 7:31 menyatakan bahwa Yesus meninggalkan kota Tyre pergi ke Danau Galilee (Laut Galilee) melalui kota Sidon. Ini benar-benar tidak masuk akal.
Selain itu, Markus menyatakan bahwa Yesus naik perahu menyeberangi Danau Galilee (Laut Galilee) menuju Dalmanutha. Lokasi Dalmanutha secara pasti tidak diketahui, atau tidak akurat, karena terletak di sebelah timur perairan Galilee sebagai negeri Gadarenes (Markus 8:10 KJV Bible). Gerasa terletak lebih dari 30 mil dari tenggara Danau Galilee, jadi jauh sekali jika kita melihat setting cerita Bible ini. Pengarang Injil Matius tampaknya sadar betapa errornya Injil Markus, sehingga ia mengubah kata ‘Gadarenes’ menjadi ‘Gergesenes’ (Lihat Matius 8:28 KJV). Gadara hanya berjarak 8 mil dari Danau Galilee.

Banyak contoh-contoh yang tidak masuk akal dalam memahami alur cerita Injil-injil Perjanjian Baru ini. Markus 10:46 menyatakan bahwa lokasi dimana orang buta disembuhkan adalah setelah Yesus meninggalkan kota Jericho, sedangkan Lukas 18:35;19:1 menyatakan lokasi orang buta disembuhkan adalah sebelum Yesus memasuki kota Jericho Jika umat Kristen menganggap masalah ini bukan kontradiksi, maka konsekuensinya injil-injil Perjanjian Baru hendak memberitahu kita bahwa ada dua kota bernama Jericho di Palestina

Dalam Markus 10:46 juga disebutkan bahwa rombongan Yesus berjalan dari Jericho ke Yerusalem via Bethpage dan kemudian Bethany. Ini sangat aneh, sebab Yerusalem lebih jauh daripada Bethpage. Matius yang sering menjiplak Injil Markus tampak hati-hati dalam masalah ini, Matius dengan pintar telah menghilangkan kata ‘Bethany’ seperti yang dapat kita saksikan dalam Matius 21:1.

Cerita Injil mengenai kegelapan, gempa bumi, dan mayat berjalan-jalan adalah bohong

Matius (27:50-54) menyatakan bahwa pasca kematian Yesus terdapat beberapa peristiwa ajaib, berawal dari terbelahnya kuil, disusul gempa bumi, terbelahnya bukti-bukti batu, dan tiba-tiba saja kuburan tempat bersemayam orang-orang kudus terbuka dan terjadi penampakkan mayat sedang berjalan berombongan dari kuburan menuju kota Yerusalem dan disaksikan orang-orang dan tentara Romawi.

Dongeng Kristen tsb hanya dapat diciptakan oleh gereja dan diimani berdasarkan ketakhayulan umat Kristiani, karena pada faktanya tidak mendapat dukungan dari sumber-sumber sejarah sekuler (non-biblikal). Dapatkah kita bayangkan jika kuburan di TMP Kalibata Jakarta tiba-tiba saja terbuka, dan tengkorak-tengkorak keluar dari kuburan mereka masing-masing lalu berjalan berombongan dengan hanya mengenakan sehelai kain kafan menuju Stasiun Gambir, pastilah peristiwa ini akan menjadi bahan berita yang luar biasa hebohnya dan diliput/dicatat oleh berbagai media massa cetak dan elektronik, menjadi bahan perbincangan penduduk kota Jakarta, serta dicatat oleh sejarawan Indonesia maupun para turis yang hanya sekedar berwisata ke Jakarta.

Faktanya adalah bahwa kisah-kisah takhayul omong kosong dari agama Kristen ini tidak didukung oleh catatan sejarawan Romawi, Yahudi, maupun sejarawan yang tinggal diPalestina kala itu, dan hal ini memudahkan kita untuk dapat menarik kesimpulan bahwa cerita Injil Matius adalah tak lebih hanya dongeng yang dibuat-buat oleh bapak-bapak gereja.

“…mengenai kegoncangan dan “kegelapan menyelimuti seluruh bumi”…tidak ada sejarawan-sejarawan yang mencatat peristiwa tsb…” (Deceptions & Myths of the Bible, Lloyd Graham hal. 349)

“Cerita mengenai gempa bumi, kenaikan lapisan bebatuan, terbukanya kuburan-kuburan, dan penampakkan orang mati, adalah hanya dinyatakan dalam Injil Matius, yang ditulis hampir delapan puluh tahun setelah peristiwa tsb, sehingga tidak dipastikan keautentikannya. Tentu saja tidak ada alasan mengapa satu gempa bumi seharusnya tidak terjadi pada hari itu, tetapi jika itu benar-benar telah terjadi ditempat tsb hampir tidak dapat dibayangkan bahwa tidak ada dari tiga Injil-injil yang lebih awal menyebutkan peristiwa tsb.” (The Paganism in Our Christianity, Arthur Weigall, 1928, hal. 62)

Tidak ada sensus Romawi kala Yesus lahir

Sub bab ini akan mudah dipahami jika Anda telah membaca artikel: Kelahiran Yesus dan Sensus Quiriniusrecommended

Kapan Yesus lahir Menurut Lukas, itu terjadi selama pemerintahan Gubernur Romawi Quirinius, pada saat itu sebuah sensus diperintahkan oleh Augustus keseluruh dunia (9). Menurut Lukas dan Matius kelahiran Yesus terjadi ketika masa pemerintahan raja Herodes Yang Agung. (10) Masalahnya adalah Herodes mati pada tahun 4 SM, dan ini 10 tahun sebelum sensusnya Quirinius. Selain itu, pada saat masa pemerintahan Herodes, tidak ada sensus Romawi yang terjadi diwilayahnya, yang meliputi baik Yudaea dan Galilee, tempat Bethelem dan Nazareth. (11)Herodes akan telah memungut pajaknya sendiri, dan memberikan upeti kepada Romawi. Terakhir, eksistensi dari sebuah sensus diseluruh [wilayah] kekaisaran adalah bertentangan dengan kebiasaan Romawi, yang mengumpulkan pajak provinsi demi provinsi.

(http://www.infidels.org/library/modern/larry_taylor/messiahgate.html)

Meskipun Lukas 1:5 menyatakan kelahiran Yesus di “masa Herodes, Raja Yudea,” yang mati pada tahun 4 SM, ia membutuhkan perjalanan jauh dari Galilee ke Bethlehem agar terjadi sebagai respon untuk satu sensus yang diperintahkan ketika “Quirinius adalah gubernur Syria.” Karena sejarawan mengetahui, “satu-satunya sensus yang diatur ketika Quirinius menjadi wali di Syria hanya mempengaruhi Yudaea, bukan Galilee, dan terjadi pada tahun 6-7 M, sepuluh tahun pasca kematian Herodes Yang Agung.” Dalam kekhawatirannya untuk menghubungkan asuhan orang Galilee yang dianggap kelahiran Bethlehem, Lukas telah keliru dalam fakta-faktanya. Sesungguhnya, kekhawatiran Lukas telah melingkupinya dalam beberapa hal yang sebenarnya tidak masuk akal, seperti tidak perlu berjalan sembilan puluh mil seorang wanita di hari-hari terakhir kehamilannya- sebagaimana itu adalah Yusuf keturunan Daud yang dianggap telah didaftarkan dalam kampung leluhur, bukan Maria orang Lewi. Tapi jeleknya, Lukas telah dipaksa untuk membuat sebuah dislokasi universal untuk sebuah registrasi pajak yang sederhana: yang dapat membayangkan orang-orang Romawi mewajibkan jutaan [orang] dalam [wilayah] kekaisaran untuk perjalanan jauh dua puluh dari ratusan mil ke desa-desa millenium - leluhur hanya untuk menandatangi satu pajak. Tidak perlu dikatakan, tidak ada peristiwa seperti ini terjadi dalam sejarah kekaisaran Romawi, tetapi Mikha 5:2 harus digenapi. (Randel Helms, Gospel Fictions, pp. 59-60)

Error, sejauh ini, mungkin kelihatan agak marginal. Injil ketiga telah keliru mengenai sebuah sensus lokal di Yudaea dengan satu dekrit dari Augustus; Injil Lukas telah mencoba untuk mencatat tanggal cerita Quirinius, dimanapun, seperti yang dimiliki Matius, ceritanya terjadi ketika Herodes Yang Agung. Pada faktanya, akan menjadi sulit. Disini ada satu kontradiksi pada cerita Lukas: Jika Quirinius adalah gubernur, sensus Romawi adalah kredibel tetapi Herodes adalah satu kesalahan. Ada juga satu kontradiksi dengan cerita Matius: Jika Quirinius atau sensus Romawi adalah benar, Herodes adalah bukan raja dan cerita Matius dari Orang Bijak, pembantaian anak kecil yang tidak berdosa dan pelarian ke Mesir maka berdasarkan kronologis adalah tidak mungkin. Jika Herodes adalah raja, disana tak ada sensus menurut Caesar Augustus. Meskipun jika disana telah ada sebuah sensus, pandangan Injil ketiga ini akan menghadapi masalah-masalah berikutnya.
(Robin Lane Fox, The Unauthorized Version: Truth and Fiction In The Bible (Penguin Books Ltd, 1991), pp. 30-31)

Meskipun registrasi seluruh warga negara Romawi dibuktikan pada tahun 28 SM, 8 SM, dan 14 M dan pendaftaran di provinsi-provinsi individual dari registrasi sensus untuk yang adalah bukan warga negara Romawi adalah juga dibuktikan, nyatanya sebuah sensus di seluruh Romawi dibawah Caesar Augustus adalah tidak diketahui berdasarkan sumber-sumber non-Perjanjian Baru. Dan lagi, ada permasalahan historis terkenal terkait dengan penanggalan sensus versi Lukas ketika Quirinius adalah gubernur Syria, dan berbagai upaya untuk memecahkan kesulitan ini telah terbukti tidak berhasil. P. Sulpicius Quirinius menjadi wali dari provinsi Syria pada tahun 6-7 M ketika Yudea dianeksasi kedalam provinsi Syria. Pada saat itu, sebuah sensus provinsi Yudea digelar. Jika Quirinius telah menjadi wali Syria sebelumnya, maka itu harus terjadi sebelum tahun 10 SM karena banyak wali Syria dari tahun 10 SM hingga 4 SM (kematian Herodes) yang telah diketahui, dan sebuah tanggal bagi sebuah sensus lebih awal dibawah Quirinius akan menciptakan masalah tambahan bagi penanggalan awal dari ministry Yesus (Luke 3:1, 23). Satu legateship sebelumnya yaitu setelah tahun 4 SM (dan sebelum tahun 6 SM) tidak akan cocok dengan penanggalan kelahiran Yesus dizaman Herodes (Lukas 1:5; Matius 2:1). Lukas mungkin secara sederhana mengkombinasikan kelahiran Yesus di Bethelehm dengan kesamaran dari sebuah sensus dibawah Quirinius (lihat juga Acts 5:37) untuk menekankan signifikansi dari kelahiran ini bagi dunia Romawi secara keseluruhan: melalui anak yang lahir di Bethlehem maka damai sejahtera dan penyelamatan datang ke kekaisaran.
(http://www.nccbuscc.org/nab/bible/luke/luke2.htm)

“…Lukas memberitahu bagaimana sebuah dekrit keluar dari Augustus bahwa “seluruh dunia akan diregistrasi”. Masalahnya adalah bahwa secara historis ini tidak bisa ditelusuri….Sederhananya Yusuf dan Maria ke Bethelem demi alasan teologis. Mesias akan berasal dari keturunan Daud, dan jadi dari Bethlehem. Lukas mengatakan kelahiran Yesus terjadi ketika Quirinius adalah gubernur Syria. Artinya adalah bahwa ini tidak terjadi sebelum tahun 6 SM, tahun yangmana kita tahu tatkala ia mengambil kantor [masuk kantor untuk pertama kalinya, ed]. Pada waktu yang sama, Matius mengatakan Yesus dipahami ketika Herodes Yang Agung adalah penguasa di Yudea. Tetapi Herodes mati ditahun 4 SM! Pengarang misteri Yesus ini menyatakan bahwa keajaiban rillnya Maria, jika kedua referensi diambil dengan sungguh-sungguh, adalah “10 tahun kehamilan”. Bagi Matius, kampung halaman Yesus adalah Bethlehem. Bagi Lukas, kampung halaman Yesus adalah Nazareth. (Tom Harper, The Pagan Christ, pp. 125-126)

“Meskipun narasi kelahiran Yesus dalam Matius dan Lukas memberikan kesepakatan diam-diam untuk yang tradisi Nazareth. Matius harus membangun satu alasan sehingga keluarga suci kembali ke Nazareth dari rumah Bethlehem dan tempat berkumpul orang Mesir, karena Matius tidak menyangkal asal usul Yesus Nazareth (Matt. 2:21ff). Lukas, yang mengasumsikan kebenaran dari sebuah rumah Nazareth bagi Yesus meskipun dalam kanak-kanaknya, harus mengembangkan sebuah narasi sehingga ibunya Yesus keluar dari Nazareth sekurang-kurangnya pada momentum kelahirannya yang benar/ Jadi di Injil kita membaca sebuah pajak atau pendaftaran terjadi ketika Quirinius adalah gubernur Syria. Sekarang tidak ada literal dari sensus itu yang hampir secara universal ditolak karena berbagai alasan, tidak sekurang-kurangnya karena Quirinius tidak menjadi gubernur Syria, menurut catatan sekuler, hingga tahun 6-7 M, yang mana Yesus akan berusia sekitar 10 tahun. Kedua, tidak ada catatan yang berasal dari sumber sekuler yang akan menunjukkan bahwa kembali ke tempat asal usul leluhur diwajibkan di setiap sensus atau untuk setiap bentuk perpajakan. (John Shelby Spong, Resurrection: Myth of Reality hal. 172)

Ujian terhadap Yesus di puncak gunung oleh Iblis adalah cerita bohong

Cerita bahwa Iblis menguji Yesus dengan membawanya ke puncak gunung tertinggi sehingga ia dapat melihat semua kerajaan dunia dari puncak gunung (lihat Matius 4:7-8), adalah sangat tidak logis. Omong kosong! Karena bagaimana mungkin kita dapat melihat seluruh dunia dari puncak gunung, meskipun itu adalah gunung tertinggi diseluruh dunia. Ingatlah bumi adalah bulat seperti telur, bukan datar. Jadi meskipun kita pergi ke puncak gunung tertinggi dunia di Himalaya, kita tidak dapat melihat seluruh bentuk permukaan bumi.

Tidak Ada Penyaliban Yesus

Orang-orang Yahudi berkata kepada Yesus (lihat Yoh 8:57, ed): “Umurmu belum sampai lima puluh tahun dan engkau telah melihat Abraham” Seandainya Yesus masih berusia tiga belas tahun, orang-orang Yahudi akan berkata: “Umurmu belum sampai empat belas tahun,” dan tidak akan berkata: “Umurmu belum sampai lima puluh tahun,”….; jadi, seandainya Yesus disalib ketika itu pastilah ia berusia sekitar lima puluh tahun, tetapi, sebagaimana kita kemukakan ditempat lain… tidak ada bukti apapun, dalam buku, inskripsi, atau monumen, bahwa Yesus dari Nazareth dicambuk atau disalib dizaman Pontius Pilatus. Josephus, Tacitus, Pliny, Philo, tidak juga dari mereka, yang menyatakan fakta adanya penyaliban ini. (T.W. Doane, Bible Myths and their Parallels in other Religions, hal. 516)

Pada abad ke sembilan belas seorang sarjana terkenal, Rabbi Wise, meneliti catatan-catatan dari pengadilan Pilatus, masih terdapat, bagi bukti dari trial ini. Ia tak menemukan apapun. (Lloyd Graham, Deceptions and Myths of the Bible, p. 343)

Tidak ada verifikasi dari tulisan-tulisan sejarawan menyangkut penyaliban Yesus seperti Philo, Tacitus, Pliny, Suetonius, Epictectus, Cluvius Rufus, Quintus, Curtis Rufus, Josephus.

“Penyembahan dewa-dewa yang menderita ditemukan disemua sisi, dan kepercayaan pada penyiksaan korban di ritus pengorbanan manusia untuk penebusan dosa adalah sangat umum. Dewa-dewa Osiris, Attis, Adonis, Dionysos, Herakles, Prometheus, dan yang lainnya, telah menderita demi umat manusia; dengan demikian Hamba Yahweh juga dipahami harus disakiti demi dosa-dosa manusia. Tetapi sebagaimana Saya katakan, konsepsi ini telah menerobos kedalam background di hari-hari Yesus” (The Paganism in Our Christianity, Arthur Weigall, 1928, hal. 106)

Tidak mungkin Yesus mati dihari jumat atau malam Sabtu

“Tidakkah aneh bahwa penyaliban seharusnya terjadi selama Paskah Diantara orang-orang Yahudi, ini adalah peristiwa paling sakral. Bagi mereka untuk menyalibkan siapapun orangnya pada waktu ini, mereka akan melanggar sekurang-kurangnya tujuh dari hukum agama mereka. Mengapa mereka kemudian melanggar kesucian dengan menjadi pembunuh” (Lloyd Graham, Deceptions and Myths of the Bible, hal. 345)

“Kesulitan terbesar dari sudut pandang dari prosedur Yahudi berkenaan dengan menghukum adalah hari dan waktu eksekusi tsb. Menurut Injil-injil tsb, Yesus mati pada hari jumat, malam Sabbath. Namun pada hari itu, dalam pandangan dari pendekatan Sabbath (atau hari libur), eksekusi-eksekusi terakhir hingga paling akhir pada sore adalah hampir tidak mungkin (Sifre, ii. 221; Sanh. 35b; Mekilta to Wayaḳhel). (Jewish Encyclopedia Online)

Apakah Yesus benar-benar mati disalib

Penyaliban adalah sebuah proses pembunuhan yang lamban. Kematian biasanya memakan waktu beberapa hari. Kematian dimulai dari kehausan, ketidakmampuan untuk bernafas sebagai hasil dari posisi tegak atau diserang oleh binatang liar. Mengapa Yesus, yang sedang fit dan sehat berjalan ke desa yang berjarak jauh, kematian begitu cepat hanya menunggu beberapa jam saja

Pada tahun 297 M, atas perintah Kaisar Maximian, tujuh orang Kristen di Samosata disiksa dan kemudian disalib. Menurut Alban Butler, (5) di

Hipparchus [satu dari mereka], seorang tua yang dihormati, mati disalib dalam waktu pendek. James, Romanus, dan Lollianus, mati dihari berikutnya ditikam oleh tentara-tentara sambil digantung disalib-salib mereka. Philotheus, Habibus dan Paragrus diambil dari salib-salib mereka ketika mereka masih hidup. Kaisar diberi informasi bahwa mereka masih hidup, memerintahkan paku-paku besar untuk diarahkan ketangan…

Ada sejumlah kasus yangmana orang disiksa secara kejam, kemudian disalib dengan posisi kepala dibawah, namun survive selama 24 jam atau lebih. http://custance.org/old/incarnation/7ch2.html

Benarkah cuka membuat orang lekas mati

Cuka (vinegar) mempunyai sebuah efek stimulus, tetapi mengapa setelah Yesus makan cuka, justru membuat ia lekas mati, padahal sebelum ia makan cuka, kondisi tubuhnya masih fit (Lihat Yohanes 19:29)

Rekayasa sosok Pilatus

Injil-injil menggambarkan Pontius Pilatus sebagai orang yang baik hati dan segan untuk penyaliban Yesus. Tetapi sejarah menceritakan gambaran yang berbeda tentang dirinya. Ia adalah seorang dikuasakan atas wilayah Yudea dari tahun 26-36 M, dan ia adalah orang yang kejam dan korup. Mengapa tidak ada kritik baginya dalam Injil-injil

Sebaliknya, ditampilkan oleh Philo dan Josephus, Pilatus “adalah subyek dari tradisi negatif lebih daripada kepala daerah lainnya dan procurator-procurator (orang-orang yang dikuasakan),” jadi pencipta-pencipta dari narasi penderitaan [Yesus] orisinil tidak mempunyai alasan untuk tidak menyebut Pilatus melalui nama dan untuk mencelanya. Situasi ini diubah pada periode setelah revolusi orang-orang Yahudi pertama dalam tulisan-tulisan Matius dan Lukas, yangmana Pilatus dibebaskan dari tuduhan dan pendeta tertinggi dinamai tanpa keragu-raguan. http://earlychristianwritings.com/passion.html

Jadi kita dapat ketahui bahwa Injil-injil kanonik telah memalsukan sejarah karena mereka menggambarkan Pilatus sebagai seorang baik hati padahal sejarah menggambarkannya sebagai orang jahat. Namun Gereja koptik di Ethiopia justru menyatakan Pilatus sebagai orang kudus.

Kebiasaan Romawi tidak mengenal pembebasan narapidana

Cerita mengenai Barabbas yang dibebaskan sebagai bentuk pertukaran bagi Yesus adalah diduga fiksi. Injil-injil menggambarkan sebuah kebiasaan Romawi untuk membebaskan seorang narapidana selama perayaan Paskah, tetapi sejarah Romawi tidak mencatat adanya kebijakan seperti ini.

Di semua riwayat Perjanjian Baru, Pilatus ragu-ragu untuk menghukum Yesus hingga kerumunan Yahudi menyatakan tegas. Beberapa kalangan telah menyarankan bahwa ini mungkin satu upaya oleh percekcokan orang-orang Kristen awal untuk menjilat pantat dengan Roma melalui penempatan menyalahkan bagi eksekusi Yesus pada Yahudi, dan bahwa itu adalah bagian dari proses oleh yangmana Kristen Paulinistik marginalis masih memperhatikan Yahudi Kristen dari orang yang mengelak (orang-orang Ebion) (http://www.answers.com/Pontius%20Pilate)

Cerita Barabbas mempunyai signifikansi sosial yang spesial, karena cerita ini telah sering digunakan untuk menimpakan kesalahan Penyaliban pada orang-orang Yahudi dan membenarkan paham anti-Semit. Sebanding, signifikansi sosial dari cerita ini untuk para pendengar awal adalah bahwa cerita ini membersihkan kesalahan yang melekat pada kekaisaran Romawi, menghapus satu hambatan sehingga agama Kristen secara resmi diterima. (http://en.wikipedia.org/wiki/Barabbas)

**Jadi, cerita mengenai Barabbas sengaja dibuat untuk membebaskan tuduhan yang melekat pada orang-orang Romawi dan menyerahkan beban kesalahan hanya kepada orang-orang Yahudi.

**Problem yang dihadapi oleh Injil-injil kanonik tidak hanya mengenai masalah kepengarangan yang anonim, Injil-injil ini nyatanya bukanlah disusun oleh para pengikut Yesus. Bahasa asli Injil-injil kanonik ini adalah Yunani, bukan bahasa Ibrani dan Aramaik, dan diproduksi di kota-kota tempat kediaman bangsa non-Yahudi seperti Roma dan Smyrna.

Tiga injil sinoptik menyatakan Yesus ditahan dan dijatuhi hukuman oleh Sanhedrin pada malam Paskah. Ini bukanlah sejarah riil karena Sanhedrin, berdasarkan hukum Yahudi, dilarang untuk bertemu over paskah, Injil-injil ini menyatakan bahwa penahanan dan trial terjadi pada malam, tetapi Sanhedrin “dilarang untuk bertemu pada malam, di rumah-rumah pribadi, atau dimanapun diluar batas kuil.” (Holy Blood, Holy Grail 349).

Ketidaklogisan historis lainnya dalam cerita penyaliban Yesus adalah memindahkan tubuh Yesus dari salib. Menurut hukum Romawi pada waktu itu, seorang pria/wanita yang disalib tidak boleh dikubur. Orang tsb ditinggalkan untuk burung-burung, dan binatang-binatang, sebagai bentuk penghinaan atas eksekusi ini.

Hukuman bagi pencuri adalah bukan disalib. Riwayat Perjanjian Baru mengenai penyaliban menyatakan dua orang pencuri disalib dengan Yesus. Penyaliban tidak pernah dijatuhi kepada pencuri.

Sekarang mengapa Yesus harus dilahirkan di Bethlehem Apakah ini juga untuk menggenapi sebuah ramalan sebelumnya, atau hanya karena untuk sebuah dekrit pajak kedua-duanya tidak; Yesus sedang lahir di Bethelem untuk alasan sama [dimana] Yusuf dan Daud disana dilahirkan. Bethelehem adalah “rumah roti” mistik, sumber dari planetary substance. Jadi tempat terjadinya peristiwa ini adalah tidak historis melainkan dirancang. Dan sedemikian rupa adalah keseluruhan cerita. Ketika kita melihat dari sisi historis, ini menjadi jelas. Menurut riwayat, Herodes adalah raja pada the alleged time, 1 Masehi, tetapi menurut pengetahuan ilmiah sekarang, Herodes mati sekurang-kurangnya empat tahun sebelum [peristiwa] ini. Menurut Lukas, Cyrenius adalah gubernur Syria selanjutnya, tetapi menurut catatan orang-orang Syria bukan dia. Ada, tetapi, seorang Quirinius, yang memerintah dari tahun 13-11 SM. Jadi, kedua kalender atau Injil-injil adalah salah, beberapa kalangan mengatakan sebanyak dua puluh tahun. Kekacauan mengenai penanggalan mengimplikasikan ketidakpastian kepengarangan yang jauh sesudahnya, yang mengkonfirmasi pernyataan kita bahwa Injil-injil ini tidak ditulis sampai dengan abad kedua atau ketiga. (Lloyd Graham, Deceptions and Myths of the Bible, hal. 306)

“Penginjil tidak punyai andil bagi penelitian historis karena kita tahu itu” (Tom Harper, The Pagan Christ, hal. 153)

sumber :http://nesia.wordpress.com/2007/09/18/justru-setelah-aku-jadi-muslim-aku-tahu-kristen-itu-benar/

Kenapa Saya Meninggalkan Islam

Oleh. Ali Sina
http://www.faithfreedom.org/Articles/sina/why_i_left_islam.htm

Banyak orang bertanya kpd saya kenapa saya meninggalkan agama Islam. Bagi Muslim ini

memang sangat tak masuk akal. Mereka memilih utk percaya bahwa orang murtad karena

disogok agen rahasia Nasrani/Yahudi. Mereka enggan menerima kenyataan bahwa setiap

orang punya hak utk menentukan pilihannya sendiri dan bahkan ada orang yg merasa bahwa

Islam tidak cocok bagiinya.

Berikut ini adalah alasan saya.

Hanya beberapa tahun yang lalu saja saya masih percaya bahwa kepercayaan saya kpd

Islam bukan berdasarkan percaya buta tetapi karena hasil penyelidikan dan penelaahan

selama bertahun-tahun. Memang saya membaca banyak buku2 Islami yang ditulis oleh

orang2 yang pikirannya sesuai dengan saya dan mengemukakan filosofi yang sesuai dengan

pandangan saya, sehingga ini semakin meyakinkan saya bahwa saya sudah menemukan

kebenaran.

Semua hasil penelaahan saya sesuai dengan iman saya. Sama seperti kebanyakan Muslim,

sayau tadinya percaya bahwa kalau mau benar2 mengetahui sesuatu, maka belajarlah dari

sumbernya. Tentu sumber Islam itu adalah Qur’an dan buku2 yang ditulis oleh ilmuwan

Islam. Karena itu, saya merasa tidak perlu lagi untuk mencari dari sumber lain untuk

menemukan kebenaran, apalagi memang saya begitu yakin menemukannya. Seperti yang

sering dikatakan para Muslim “Talabe ilm ba’d az wossule ma’lum mazmum”. Usaha mencari

ilmu pengetahuan lain setelah menemukannya (Islam) adalah bodoh.

Tentu saja ini salah. Bagaimana jika kita ingin tahu kebenaran tentang suatu aliran

kepercayaan yang berbahaya? Apakah cukup dengan hanya bergantung melalui informasi

dari pemimpin kepercayaan itu dan semua penganut2nya yang sendirinya tertipu pemimpin

itu? Diperlukan penelaahan secara saintifik (berdasarkan ilmu pengetahuan) untuk

menelaah kepercayaan itu karena penelaah sains tidak mengutarakan hasil

penyelidikannya berdasarkan iman yang membuta. Mereka membuat penelaahan yang seksama

dari bukti yang ada. Ini sungguh beda dengan cara pendekatan agamawi yang didasarkan

pada iman dan rasa percaya semata2.

Untuk itulah saya kembali membaca isi Qur’an dan saya temukan perintah2 yang tidak

sesuai dengan nilai2 kemanusiaan. Saya merasa sangat tertekan dan risih membaca ajaran

seperti ini.

Q.3: 5
”Tapi bagi mereka yang menolak Iman setelah mereka menerimanya, dan lalu menentang

Iman, , - pertobatan mereka tidak akan pernah diterima; karena mereka adalah orang2

yang telah sesat”.

Q.16: 106
”Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan

Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman

(dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka

kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar..”

Orang mungkin berpikir bahwa azab yang besar itu nantinya terjadi di akherat. Tapi

Muhammad memastikan orang2 itu mendapat hukum di bumi pula. Lihat ayat2 berikut:

Sahih Bukhari Volume 6, Buku 61, Nomer 577:
“Aku mendengar Nabi berkata,”Di hari2 akhir (duni) akan muncul orang2 muda dengan

pikiran2 dan ide2 yang bodoh. Mereka akan berkata baik, tapi mereka akan meninggalkan

Islam seperti anak panah yang ke luar jalur, iman mereka tidak lebih dalam dari

tenggorokannya. Maka, jika kalian menemukan mereka, bunuh mereka, karena akan ada upah

bagi para pembunuh itu di Hari Kebangkitan.”

Sahih Bukhari Volume 4, Buku 63, Nomer 260:
“Ali membakar beberapa orang dan berita ini terdengar oleh Ibn ‘Abbas, yang berkata,”

Jika aku berada di posisinya, aku tidak akan membakar mereka, seperti yang dikatakan

sang Nabi,’Jangan hukum (siapapun) dengan Hukuman Allah (yi: api).’ Tidak ragu lagi,

aku sudah akan membunuh mereka, karena Nabi berkata, ’Jika seseorang (Muslim)

meninggalkan agamanya, bunuh dia.’”

Sahih Bukhari Volume 4, Buku 63, Nomer 261:
“Delapan orang dari suku ‘Ukil datang kepada sang Nabi dan mereka merasa udara Medina

tidak cocok bagi mereka. Karena itu mereka berkata,”O Rasul Allah! Tolong berikan kami

susu.” Rasul Allah berkata, ”Aku anjurkan kalian untuk bergabung dengan kelompok

unta2.” Maka mereka pergi dan minum air kencing dan susu unta2 (sebagai obat) sampai

mereka sehat dan gemuk. Lalu mereka membunuh gembala unta dan melarikan unta2 itu, dan

mereka meninggalkan agamanya setelah tadinya mereka adalah Muslim. Pada saat sang Nabi

diberitahu hal ini oleh orang yang minta tolong padanya, ia menyuruh beberapa orang

untuk memburu para pencuri unta itu, dan sebelum matahari bertambah tinggi, pencuri2

itu dibawa kepada Nabi, dan Nabi memotong tangan2 dan kaki2 mereka. Ia meminta paku2,

yang dipanaskan dan ditusukkan ke dalam mata2 para pencuri, dan mereka diterlantarkan

di Harra (daerah berbatu di Medinah). Mereka minta air, dan tidak ada seorang pun yang

memberi mereka air sampai mereka mati.”

Dan sebagian terjemahan dari Sunan Abu Daud, Buku 38, Nomer 4339 disampaikan oleh

Aisha, Ummul Mu’minin:
“Rasulullah (saw) berkata: Darah seorang lelaki Muslim, yang mengaku tiada Tuhan

selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, secara hukum tidak boleh

ditumpahkan kecuali oleh karena satu dari ketiga hal ini: orang yang berzinah setelah

menikah, dan hukumannya adalah dirajam; orang yang melawan Allah dan RasulNya, dan

hukumannya adalah ia harus dibunuh atau disalib atau diasingkan dari tanah ini; atau

orang yang membunuh dan hukumannya adalah ia harus dibunuh. ”

Berikut ini sangat mengerikan. Aku berani berkata bahwa orang mana pun yang membaca

ini dan tidak merasa muak berarti tidak dapat disebut manusia.

Sunan Abu-Dawud Buku 38, Nomer 4348
”Disampaikan oleh Abdullah Ibn Abbas:
Seorang pria buta punya seorang budak wanita yang sedang mengandung (bayi pria buta

itu sendiri) dan budak ini suka mengolok-olok dan menghina sang Nabi. Ia melarang

budak ini tapi budaknya tidak mau berhenti. Ia memarahinya, tapi budak itu tetap tidak

meninggalkan tabiatnya. Suatu malam, budak itu mulai mencemooh sang Nabi dan

menghinanya. Lalu pria itu mengambil sebuah pisau, menempelkannya di perut budak itu,

lalu menusuknya, dan membunuhnya. Janinnya ke luar diantara kakinya berlumuran darah.

Pagi harinya, sang Nabi diberitahu tentang hal ini. Dia mengumpulkan orang2nya dan

berkata: Aku meminta dengan sangat demi Allah orang yang melakukan hal ini untuk

berdiri mengaku. Pria buta itu lalu melompat dan dengan gemetar berdiri.

Dia duduk di sebelah sang Nabi dan berkata: Rasul Allah! Akulah majikan budak itu; ia

seringkali menghina dan mengolok-olokmu. Aku melarangnya, tapi dia tidak berhenti, aku

memarahinya, tapi dia tidak meninggalkan tabiatnya. Ia punya dua anak laki seperti

mutiara dari budak perempuan ini, dan ia adalah kesayanganku. Kemaren malam, dia mulai

lagi menghina dan mengolok-olok engkau. Lalu kuambil sebuah pisau, menempelkannya di

perutnya, dan menusukkannya sampai aku membunuhnya.

Sang Nabi berkata: Oh jadilah saksi ini, tidak ada pembalasan yang perlu dibayar bagi

darahnya”.

Saya merasa kisah ini mewujudkan ketidakadilan. Muhamad memaafkan seorang lelaki yang

membunuh perempuan hamil beserta anaknya sendiri hanya karena dia berkata bahwa

perempuan ini menghina sang Nabi!?

Baca juga yang dibawah ini ! Pria2 Arab ternyata punya kebiasaan meniduri budak2

wanita mereka. Qur’an mengabadikan tradisi ini.

Q. 33:52 “Tidaklah diperbolehkan bagi kalian (untuk menikahi lebih banyak) perempuan2

setelah ini, ataupun mengganti mereka dengan perempuan2 lain, meskipun kecantikan

mereka menarik hatimu, kecuali yang dimiliki oleh tangan kananmu (sebagai budak

perempuan).”

Muhammad sendiri meniduri Mariyah tanpa mengawininya, dan Mariyah adalah budak istri

Muhammad yang bernama Hafsa.

Memaafkan seseorang yang membunuh orang lain hanya karena dia mengatakan perempuan itu

menghina Muhammad adalah perbuatan yang tidak dapat diterima. Bagaimana jika orang itu

bohong untuk menghindari hukuman? Apa yang disampaikan kisah ini tentang rasa keadilan

Muhamad? Bayangkan berapa banyak wanita tak bersalah yang dibunuh para suaminya dalam

kurun waktu 1.400 tahun ini ! Dan luar biasa juga bahwa para suami yg seenaknya

menuduh istri mereka telah menghina rasulullah dan oleh karena itu dgn enteng pula

main tancap pisau ke perut istri oleh Tuhan dan Hadis bisa mengelak dari hukuman ??

Ini satu lagi.

Sunan Abu-Dawud Buku 38, Nomer 4349
“Disampaikan oleh Ali ibn AbuTalib:
Seorang wanita Yahudi sering menghina dan mengolok-olok sang Nabi. Seorang pria lalu

mencekiknya sampai dia mati. Rasulullah mengumumkan tidak perlu hukuman untuk membalas

darahnya. ”

Tidak mudah untuk membaca cerita2 macam ini tanpa hati tergerak. Tidak ada alasan utk

mengira bahwa cerita2 ini dipalsukan. Untuk apa para pengikut Nabi, yang berusaha

keras menggambarkan nabi mereka sebagai orang yang penuh belas kasihan, memalsukan

begitu banyak cerita yang membuat nabi tampak seperti penguasa bengis ? Saya tidak

dapat lagi menerima tindakan brutal terhadap orang2 yang memilih untuk tidak menerima

Islam. Iman adalah pilihan pribadi. Aku tidak dapat lagi menerima bahwa seseorang yang

mengritik sebuah agama harus dihukum mati.

Lihat bagaimana Muhammad bersikap pada orang2 yang tidak percaya:

Sunan Abu-Dawud Buku 38, Nomer 4359
“Disampaikan oleh Abdullah ibn Abbas:
Ayat yang berbunyi “Hukuman bagi orang2 yang berperang melawan Allah dan RasulNya, dan

berjuang keras mengacaukan tanah ini adalah dibunuh, atau disalib, atau potong tangan2

dan kaki2 dari arah yang berlawanan atau diasingkan dari tanah ini … yang maha

pengampun.” Ini diberikan untuk orang2 yang menyembah banyak tuhan. Jika ada dari

mereka yang bertobat sebelum mereka ditangkap, ini tidak menghindarkan mereka dari

hukuman tadi, yang memang layak mereka dapatkan. ”

Bagaimana mungkin utusan Tuhan membunuh dan menyalib orang2 karena mereka menolak dia?

Bisakah orang seperti ini jadi utusan Tuhan? Tidakkah ada orang lain dengan moral dan

etika yang lebih baik untuk memikul tanggungjawab besar sebagai utusan Tuhan?

Saya tidak dapat menerima kenyataan bahwa Muhamad membantai 900 orang Yahudi dalam

satu hari setelah ia menangkap mereka dalam suatu penyerbuan yang direncanakannya.

Saya membaca kisah ini dan bulu kuduk sayapun berdiri.

Sunan Abu-Dawud Buku 38, Nomer 4390
“Disampaikan oleh Atiyyah al-Qurazi:
Aku adalah seorang dari para tawanan Banu Qurayzah. Mereka (para penawan) memeriksa

kami, dan mereka yang sudah tumbuh bulu kemaluannya dibunuh, dan yang belum tidak

dibunuh. Aku adalah salah satu dari mereka yang belum punya bulu kemaluan.”

Saya juga terkejut sekali membaca kisah dibawah ini.

Sunan Abu-Dawud Buku 38, Nomer 4396
“Disampaikan oleh Jabir ibn Abdullah:
Seorang pencuri dihadapkan pada sang Nabi. Nabi berkata: bunuh dia. Orang2 berkata:

Dia telah mencuri, wahai Rasul Allah! Lalu kata Nabi: Potong tangannya. Maka tangan

kanannya dipotong. Ia dibawa keduakalinya pada sang Nabi dan Nabi berkata: Bunuh dia.

Orang2 berkata: Dia telah mencuri, wahai Rasul Allah! Maka Nabi berkata: Potong

kakinya. Maka kaki kirinya dipotong.
Orang itu dibawa ke hadapan Nabi untuk ketigakalinya dan Nabi berkata: Bunuh dia.
Orang2 berkata: Dia telah mencuri, Rasul Allah!
Maka Nabi berkata: Potong tangannya. (Maka tangan kirinya dipotong)
Orang itu dibawa lagi untuk keempatkalinya dan Nabi berkata: Bunuh dia.
Orang2 berkata: Dia telah mencuri, Rasul Allah!
Maka Nabi berkata: Potong kakinya. Maka kaki (kanannya) dipotong.
Orang itu dibawa lagi untuk kelima kalinya dan Nabi berkata: Bunuh dia.
Lalu kami membawa dia pergi dan membunuhnya. Kami lalu menyeret dia dan melemparkan

dia ke dalam sumur dan menimbuni batu2 di atas tubuhnya. ”

Tampaknya Muhammad menentukan hukuman berdasarkan apa yang ia dengar. Dengan memotong

tangan seorang pencuri, ia tidak lagi dapat mencari makan kecuali dengan mengemis, dan

ini pun sulit karena dia sudah dicap sebagai pencuri dan dibenci orang (PLUS,

tangannya cuma satu ! Rada sulit khan ngemis dgn satu tangan !). Karena itu ia

terpaksa mencuri lagi untuk bisa terus hidup. Inikah yang dinamakan Nabi yg Maha Mulia

? Rahmatal lil alamin ?

Setelah hidup di dunia Barat selama beberapa tahun dan diterima dengan baik oleh

orang2 dari berbagai agama atau yang tak beragama sekalipun, yang mencintai saya dan

menerima saya sebagai kawan mereka, saya tidak dapat lagi menerima mandat2 Qur’an

sebagai firman Tuhan.

Q.58: 22
“Kau tidak akan menemukan orang2 yang percaya pada Allah dan di hari akhir, berkawan

dengan mereka yang melawan Allah dan utusanNya …”

Q.3: 118-120
“O kamu yang percaya! Janganlah memilih bitaanah (penasehat, konsultan, pelindung,

penolong, kawan, dll) di luar agama (penyembah berhala, orang Yahudi, orang Kristen,

dan orang munafik) karena mereka akan terus berusaha sekuatnya untuk merusak

pikiranmu. Mereka ingin menjahatimu. Kebencian sudah muncul dalam mulut mereka, tapi

bahkan yang tersembunyi dalam dada mereka lebih buruk lagi. Memang Kami telah

menerangkannya padamu, jika kalian mengerti. Lihat! Kalianlah yang mencintai mereka

tapi mereka tidak mencintaimu, dan kalian percaya akan semua kitab2 (kalian percaya

Taurat dan Injil, tapi mereka tidak percaya Qur’an). Dan jika mereka berjumpa

denganmu, mereka berkata, ‘Kami percaya.’ Tapi kalau mereka sendirian, mereka

menggigit ujung jari2 mereka dengan penuh kemarahan padamu. Katakanlah: ‘Matilah dalam

kemarahanmu. Tentu Allah tahu apa yang ada dalam hatimu (semua rahasia).’ Jika

kebaikan terjadi padamu, mereka bersedih, tapi kalau kejahatan terjadi padamu, mereka

bergembira ..”

Dan ini :

Q.5: 51
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani

menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang

lain…”

Saya mengalami sendiri bahwa perkataan2 di atas itu salah. Lihatlah buktinya di krisis

Bosnia dan Kosovo; di mana negara2 Kristen mengadakan perang terhadap sesama negara

Kristen untuk membebaskan orang2 Muslim. Banyak dokter2 Yahudi yang sukarela menolong

pengungsi2 Kosovo, meskipun pada kenyataannya selama Perang Dunia II, orang2 Muslim

Albania memihak Hitler dan menolong dia membantai orang2 Yahudi.

Semakin jelas bagi saya bahwa orang2 Muslim diterima oleh orang2 di seluruh penjuru

dunia, tapi meskipun demikian, nabi kita ingin kita membenci mereka, mengucilkan diri

kita dari mereka, memaksa mereka menerima cara kita hidup atau membunuh mereka,

menundukkan mereka dan memaksa mereka membayar Jizyah. Sungguh tolol! Sangat

menyedihkan! Sungguh tak berperikemanusiaan!

Tidak heran mengapa Muslim begitu membenci Barat dan Yahudi. Muhamad-lah yang menabur

benih kebencian itu dan menimbulkan rasa curiga pada orang2 non-Islam. Bagaimana

mungkin orang2 Muslim bisa bergaul dengan negara2 lain sambil menggenggam pesan2

kebencian di Qur’an sebagai firman Tuhan ?

Banyak orang Muslim yang pindah ke negara2 non-Muslim dan diterima dengan tangan

terbuka. Banyak dari mereka yang berpolitik dan menjadi bagian dari kalangan

pemerintah kelas atas. Kami tidak mengalami diskriminasi dari negara2 non-Islam. Tapi

lihat bagaimana nabi suci kita menganjurkan kita memperlakukan non-Muslim jika kita

menjadi kalangan mayoritas.

Q.9: 29
”Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari

kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul

-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang)

yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh

sedang mereka dalam keadaan tunduk.”

Aku juga merasa ayat2 berikut tidak sesuai dengan hati nuraniku. Aku mencintai semua

manusia dan berharap setiap orang untuk bisa bahagia di bumi ini dan diampuni di

akherat. Tapi nabiku melarangku untuk meminta pengampunan bagi orang2 yang tidak

percaya juga bahkan jika mereka itu orang tua kita atau orang2 yang kita cintai.

Q.9: 113
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada

Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat

(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni

neraka Jahanam.”

Qur’an dan Ahadith penuh dengan ayat2 yang tidak bisa diterima seperti ini sehingga

ini merupakan bukti nyata bahwa Muhammad bukanlah seorang nabi, tapi seorang pemimpin

suatu aliran kepercayaan saja. Kepercayaan sesat memang memaksa orang untuk mengadukan

anggota keluarganya sendiri. Muhammad hanyalah seorang penipu yang bohongnya sangat

luarbiasa, sangat memaksa, sehingga orang2 yang bodoh di zamannya percaya padanya.

Lalu generasi berikutnya mewariskan kebohongan ini ke generasi berikutnya. Ahli2

filosofi dan para penulis lahir di suasana kebohongan ini dan mengembangakannya lebih

lanjut, memuliakannya, dan membuatnya tampak dapat dipercaya. Tapi jika kau

menyelidikinya ke dalam intisarinya, jika kau membaca Qur’an dan mempelajari Ahadith,

kau akan lihat bahwa itu semua adalah bohong belaka.

Saya tahu kata2 saya ini menyakiti hatimu. Tapi saya anjurkan engkau agar

mengendalikan kemarahanmu dulu, baca tulisan2 saya dan pikirkanlah matang2.

Engkau lihat bahwa penolakan saya akan Islam bukan didasari oleh tindakan2 buruk orang

Muslim, tapi oleh tindakan2 buruk pengarangnya sendiri. Semua kekejaman dan tindakan2

kekerasan yang mengerikan yang dilakukan oleh para Muslim di seluruh dunia diilhami

oleh Qur’an dan Sunnah. Karena itu saya menuding Qur’an sbg dasar tindakan jahat yang

dilakukan orang2 Muslim. Saya tahu bahwa semua usaha untuk memanusiakan masyarakat

Islam hanyalah buang2 waktu belaka karena musuhnya adalah Islam itu sendiri dan inilah

sasaran seranganku.

Saya lakukan ini meskipun dengan ini saya menjadi magnet yang menyedot kebencian semua

Muslim fanatik. Tidak ada untungnya bagi saya. Satu2nya alasan kenapa saya begitu

menentang Islam adalah untuk membebaskan dunia dari cengkeraman aliran setan ini dan

mengembalikan kedamaian dan kesejahteraan, kasih, dan hormat sesama manusia.


sumber : http://nesia.wordpress.com/2007/09/18/justru-setelah-aku-jadi-muslim-aku-tahu-kristen-itu-benar/

Muara dari kisah Nabi Isa ‘alaihissalam masih samar bagi sebagian kaum muslimin

Muara dari kisah Nabi Isa ‘alaihissalam masih samar bagi sebagian kaum muslimin. Terlebih hal ini terancukan oleh keyakinan Nasrani yang meyakini bahwa Isa telah wafat karena disalib. Bagaimana kisah sebenarnya dari nabi Isa ‘alaihissalam ini?

Siapakah Isa Al-Masih1?
Dia adalah Isa Ibnu (putra) Maryam, seorang hamba Allah (Abdullah) dan utusan-Nya (Rasulullah) serta Nabi-Nya. Hal itu sebagaimana diungkapkan oleh Nabi Isa ‘alaihissalam sendiri, seperti yang dikisahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat-ayat Al-Qur`an:
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا. وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ ‎وَأَوْصَانِي بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا. وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا. وَالسَّلاَمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوْتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا. ذَلِكَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيْهِ يَمْتَرُوْنَ. مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ سُبْحَانَهُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُوْلُ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ. وَإِنَّ اللهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيْمٌ. فَاخْتَلَفَ اْلأَحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ فَوَيْلٌ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيْمٍ
“Berkata Isa: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, serta berbakti kepada ibuku. Dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.’ Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: ‘Jadilah,’ maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabbmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.” (Maryam: 30-37)
إِنْ هُوَ إِلاَّ عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلاً لِبَنِي إِسْرَائِيْلَ
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil.” (Az-Zukhruf: 59)
مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلاَّ رَسُوْلٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيْقَةٌ كَانَا يَأْكُلاَنِ الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ اْلآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ
“Al-Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang membenarkan, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memerhatikan ayat-ayat Kami itu).” (Al-Ma`idah: 75)
Ayat yang menegaskan demikian cukup banyak, apa yang disebutkan sudah cukup menjelaskan siapakah Nabi Isa ‘alaihissalam. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ubadah ibnush Shamit radhiyallahu ‘anhu juga disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلىَ مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ
“Barangsiapa bersaksi bahwa tiada ilah yang benar kecuali Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad hamba dan Rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba dan Rasul-Nya serta kalimat-Nya yang Allah lontarkan kepada Maryam, dan bahwa surga itu benar dan neraka itu benar, maka Allah akan memasukkannya ke dalam Al-Jannah sesuai dengan amalnya.” (Shahih, HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian, Nabi Isa ‘alaihissalam sama sekali tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan, sehingga tidak berhak untuk diibadahi atau dipertuhankan. Sebagaimana juga beliau adalah seorang rasul yang berhak untuk mendapatkan hak-haknya sebagai rasul, sehingga harus diimani kerasulannya, dicintai dan dihormati yang semua itu tidak melebihi kedudukannya sebagai manusia. Tidak boleh pula dihinakan atau dilecehkan, lebih-lebih dikatakan sebagai anak zina.

Sifat Fisik Nabi Isa ‘alaihissalam
Beliau adalah seorang lelaki yang postur tubuhnya tidak tinggi tidak pula pendek, kulitnya kemerahan, dadanya bidang2, rambutnya lurus, melebihi ujung telinganya, telah beliau sisir dan memenuhi antara dua pundaknya3. Rambutnya meneteskan air seolah-olah baru keluar dari kamar mandi4.

Sikap yang benar terhadap Nabi Isa
Sesungguhnya Nabi yang mulia ini memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam. Namun tidak diketahui oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani atau mereka pura-pura bodoh terhadapnya dalam realita mereka, atau dalam keyakinan serta tulisan-tulisan mereka. Islam telah memenuhi kedudukan mulia tersebut, menetapkannya dengan sebaik-baiknya, serta menyempurnakannya. Islam juga bersikap obyektif dalam banyak ayat yang jelas dan mulia. Hanya apa yang ditetapkan Islam itulah yang dapat diterima oleh akal yang sehat, bukan selainnya. (Mauqiful Islam Min ‘Isa ‘alaihissalam, hal. 3)
Sikap yang benar terhadap Nabi Isa ‘alaihissalam adalah meyakini bahwa beliau adalah Hamba Allah dan Rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala utus beliau kepada Bani Israil, ia tercipta dengan kalimat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Allah Subhanahu wa Ta’ala lontarkan kepada Maryam, beliau adalah salah satu Ulul ‘Azmi dari kalangan para Rasul, berbagai keistimewaan Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan dengan sebuah kalimat-Nya yang ditujukan kepada Maryam yaitu kata ‘kun’ (jadilah), sehingga jadilah sebuah janin pada perut Maryam, wanita mulia lagi shalihah yang tidak pernah terjamah siapapun. Ia dapat berbicara saat bayinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala beri mukjizat berupa menghidupkan orang mati dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, menyembuhkan orang dari penyakit sopak dan bisu, serta dapat memberi tahu apa yang dimakan oleh orang-orang dan apa yang disimpan di rumah mereka. (Sebagaimana tercantum dalam surat Ali Imran: 45-50)
Atas dasar segala keistimewaan yang ada tersebut maka kita mengimaninya, mencintai, dan menghormatinya. Namun dengan segala keistimewaan yang ada tersebut, beliau tetaplah sebagai manusia yang tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan sehingga tidak boleh dipertuhankan, bukan Tuhan atau Anak Tuhan atau salah satu dari tiga unsur Tuhan.

Sikap ekstrem Nasrani
Orang-orang Nasrani yang mengaku sebagai pengikut Nabi Isa meyakini bahwa Nabi Isa adalah sebagai Tuhan atau Anak Tuhan, atau dia adalah Tuhan anak yang merupakan salah satu dari tiga unsur trinitas, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Ruhul Qudus. Masing-masing berbeda dari yang lain, akan tetapi ketiganya merupakan Tuhan yang satu.
Keyakinan semacam ini terhadap Nabi Isa ‘alaihissalam tentu keyakinan ekstrem, yang teramat keliru menurut agama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dibawa para rasul, termasuk yang dibawa Nabi Isa ‘alaihissalam itu sendiri. Di mana keyakinan semacam ini artinya mendudukkan Nabi Isa ‘alaihissalam bukan pada tempatnya, melebihi posisinya sebagai seorang manusia. Nabi Isa sendiri sangat mengingkari keyakinan ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan:
وَإِذْ قَالَ اللهُ يَا عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوْنِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُوْنِ اللهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُوْنُ لِي أَنْ أَقُوْلَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلاَ أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلاَّ مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا مَا دُمْتُ فِيْهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيْبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan/sesembahan selain Allah?’.” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu: ‘Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu’, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (Al-Ma`idah: 116-117)
Ini merupakan salah satu kekafiran dan kesesatan terbesar, karena hal itu merupakan puncak celaan terhadap kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala, keagungan serta rububiyah-Nya. Tidak ada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala melainkan makhluk-Nya yang tunduk kepada keagungan dan kebesaran-Nya, serta terbebani beban ibadah kepada-Nya. (Mauqiful Islam Min ‘Isa)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيْحُ ابْنُ اللهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُوْنَ قَوْلَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللهُ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ
“Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu putera Allah’ dan orang Nasrani berkata: ‘Al-Masih itu putera Allah.’ Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (At-Taubah: 30)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوا إِنَّ اللهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيْحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيْلَ اعْبُدُوا اللهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ أَنْصَارٍ. لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوا إِنَّ اللهَ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلاَّ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُوْلُوْنَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putera Maryam’, padahal Al-Masih (sendiri) berkata: ‘Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu.’ Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: ‘Bahwasanya Allah adalah salah satu dari yang tiga’, padahal sekali-kali tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Ilah Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (Al-Ma`idah: 72-73)
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا. لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا. تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ اْلأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا. أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا. وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا. إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ إِلاَّ آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا
“Dan mereka berkata: ‘Rabb Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.’ Sesungguhnya kamu telah mendatangkan suatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Rabb Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Rabb Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.” (Maryam: 88-93)
Dalam Injil-pun terdapat bantahan terhadap aqidah ini. Di mana disebutkan di dalam seluruh kitab Injil bahwa Isa adalah putra Maryam dan menimpanya apa yang menimpa manusia. Di antaranya bahwa ia menjadi ada setelah ketiadaan, butuh makan dan minum, merasa letih dan ia tidur bahkan mati5, serta sifat-sifat kemanusiaan lainnya. (Dirasat fil Adyan, Su’ud Al-Khalaf hal. 136)
Terdapat pula ucapan-ucapan Nabi Isa ‘alaihissalam dalam Injil bahwa ia adalah seorang Rasul (utusan). Dalam Injil Matius (10/40) Nabi Isa mengatakan: ”Siapa yang menerima kalian berarti ia menerima aku, dan siapa yang menerima aku berarti menerima yang mengutusku.” (Dirasat fil Adyan, Su’ud Al-Khalaf, hal. 136)
Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur`an:
مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلاَّ رَسُوْلٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيْقَةٌ كَانَا يَأْكُلاَنِ الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ اْلآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ
“Al-Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang membenarkan, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memerhatikan ayat-ayat Kami itu).” (Al-Ma`idah: 75)
Ia juga mengajak untuk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Disebutkan dalam Injil Matius (4/10) bahwa Nabi Isa mengatakan: “Untuk Rabb sesembahanmu kamu melakukan sujud, dan hanya kepada-Nya kamu beribadah.” (Dirasat fil Adyan, Su’ud Al-Khalaf, hal. 138)
Dalam Injil Yohanes, Al-Masih mengatakan: “Inilah kehidupan yang abadi, yaitu agar mereka tahu bahwa Engkaulah sesembahan yang sesungguhnya, satu-satu-Nya, sedangkan Yesus Al-Masih, dialah yang Engkau utus.” (Dirasat fil Adyan, Su’ud Al-Khalaf, hal. 138)
Ini sesuai dengan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kisahkan tentang Al-Masih bahwa beliau mengatakan:
إِنَّ اللهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيْمٌ
“Sesungguhnya Allah, Rabbku dan Rabb kalian, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.” (Ali ‘Imran: 51)

Sikap tafrith (meremehkan) Kaum Yahudi terhadap Nabi Isa ‘alaihissalam
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَاخْتَلَفَ اْلأَحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ فَوَيْلٌ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيْمٍ
“Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.” (Maryam: 37)
Dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan perbedaan pendapat manusia tentang Nabi Isa ‘alaihissalam, padahal telah Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan dengan begitu jelas siapakah sebenarnya beliau. Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan ketika menafsirkan ayat tersebut: “Yakni ucapan Ahlul kitab saling berselisih tentang Nabi Isa setelah kejelasan siapakah sebenarnya beliau dan setelah jelasnya keadaan beliau, bahwa beliau adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala lontarkan kepada Maryam serta roh dari-Nya. Maka sekelompok dari mereka, yaitu mayoritas Yahudi –semoga Allah melaknati mereka– menetapkan bahwa Isa adalah anak zina dan mereka mengatakan bahwa ucapan Isa (ketika bayi) adalah sihir. Sedangkan sekelompok yang lain (sebagian orang Nasrani, pent), mengatakan: ‘Yang bicara itu sesungguhnya hanyalah Allah’, yang lain mengatakan: ‘Bahkan itu anak Allah’, yang lain mengatakan: ‘Itu adalah salah satu dari tiga unsur tuhan (trinitas)’, Yang lain mengatakan: ‘Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya’. Dan itulah kebenaran yang Allah Subhanahu wa Ta’ala bimbing kaum mukminin kepadanya.” (Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 3/127)
Dalam surat An-Nisa ayat 156 disebutkan:
وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيْمًا
“Dan karena kekafiran mereka (terhadap ‘Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar.”
Ditafsirkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan yang lain bahwa maksudnya adalah orang Yahudi menuduh Maryam berzina.
Ibnu Katsir rahimahullahu menjelaskan: “Dan itu sangat nampak dalam ayat, bahwa Yahudi menuduh putra Maryam dan Maryam dengan berbagai tuduhan besar, sehingga menganggap bahwa Maryam adalah pelacur dan mengandung anak hasil zina. Sebagian mereka menambahkan tuduhan bahwa ia melakukan zina dalam keadaan haid. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala timpakan pada mereka laknat-Nya yang berturut-turut, sampai hari kiamat.” (Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 1/574)
Ucapan orang-orang Yahudi itu tentu sangat berlebihan. Sebuah penghinaan yang sangat tidak pantas ditujukan pada manusia umumnya, lebih-lebih kepada seorang Nabi dan Rasul pilihan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan dengan berbagai kemuliaan, salah satu dari ulul azmi. Padahal beliau membenarkan kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihissalam untuk kaum Yahudi.
Dalam hal ini, Yahudi berada pada kutub yang sangat berlawanan dengan ucapan orang Nasrani.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membantah bualan orang Yahudi itu dalam ayat-ayat-Nya mulia:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا. فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُوْنِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوْحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا. قَالَتْ إِنِّي أَعُوْذُ بِالرَّحْمَنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا. قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُوْلُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلاَمًا زَكِيًّا. قَالَتْ أَنَّى يَكُوْنُ لِي غُلاَمٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا. قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا
“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur`an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus malaikat kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: ‘Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Rabb Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.’ Ia (Jibril) berkata: ‘Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabbmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.’ Maryam berkata: ‘Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!’ Jibril berkata: ‘Demikianlah. Rabbmu berfirman: ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.’ Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (Maryam: 16-22)
Sampai pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا. يَا أُخْتَ هَارُوْنَ مَا كَانَ أَبُوْكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا. قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا. وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ ‎وَأَوْصَانِي بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا. وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا. وَالسَّلاَمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوْتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا. ذَلِكَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيْهِ يَمْتَرُوْنَ
“Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina’, maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?’ Berkata Isa: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.’ Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.” (Maryam: 27-34)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan hakikat penciptaan Isa.

Diangkatnya Nabi Isa ‘alaihissalam dan bahwa Beliau belum Wafat
Orang-orang Yahudi mengklaim bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa ‘alaihissalam dan mereka berbangga dengan itu. Mereka berkeyakinan bahwa orang yang terbunuh dengan disalib adalah orang yang mendapatkan laknat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tapi sungguh aneh dan disayangkan bahwa orang-orang Nasrani pun meyakini kematian Nabi Isa di tiang aslib. Ini semua karena kebodohan mereka akan hakikat apa yang terjadi pada Nabi Isa. Lebih dari itu, mereka meyakini bahwa beliau dengan kematiannya yang tersalib adalah sebagai penebus dosa-dosa anak manusia karena kesalahan Nabi Adam ‘alaihissalam. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah ampuni Adam jauh-jauh hari sebelum lahirnya Isa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى
“Kemudian Rabbnya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” (Thaha: 122)
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membantah semua itu melalui ayat-ayat-Nya yang mulia:
وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيْمًا. وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللهِ وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوا فِيْهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًا. بَلْ رَفَعَهُ اللهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا. وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا
“Dan karena kekafiran mereka (terhadap ‘Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan mereka: ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah’, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (An-Nisa`: 156-159)
Di antara pengekor Yahudi dan Nasrani dalam hal kematian Isa adalah aliran Ahmadiyah-Qadyaniyyah yang telah divonis kafir oleh para ulama dan lembaga-lembaga Islam. Mereka meyakini demikian demi mencapai misi mereka, yaitu untuk menyatakan bahwa nanti yang dibangkitkan bukanlah Isa yang sesungguhnya karena ia telah wafat, tapi yang dibangkitkan adalah orang yang serupa Isa. Mereka maksudkan adalah pemimpin mereka yaitu Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadyani. Mereka sempat berdalil dengan beberapa ayat yang dianggap oleh mereka mendukung keyakinan sesat mereka. Akan datang nanti, insya Allah, bantahannya.
Dari keterangan di atas nyatalah bahwa Isa belum meninggal, bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala angkat menuju kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyatakan:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِيْنَ. إِذْ قَالَ اللهُ يَا عِيْسَى إِنِّي مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيْمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ingatlah), ketika Allah berfirman: ‘Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya’.” (Ali ‘Imran: 54-55)
Mereka bermakar, yakni hendak membunuh Nabi Isa ‘alaihissalam dan memadamkan cahaya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara yang menunjukkan bahwa beliau masih hidup adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا
“Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (An-Nisa`: 159)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa maksudnya adalah beriman dengan Nabi Isa sebelum kematian beliau. (Riwayat Ibnu Jarir rahimahullahu dan sanadnya dishahihkan Ibnu Hajar rahimahullahu. Lihat Fathul Bari, 4/492)
Al-Hasan rahimahullahu mengatakan: “Maksudnya sebelum kematian Isa. Demi Allah, sungguh dia sekarang hidup di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi bila beliau turun nanti semuanya akan beriman.” (Tafsir Ath-Thabari, dinukil dari Asyrathus Sa’ah hal. 346)

Turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam dan Itu Sebagai Tanda Hari Kiamat
Tentang turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam telah disebutkan oleh ayat Al-Qur`an yang sekaligus menunjukkan bahwa itu sebagai salah satu tanda hari kiamat. Di antara dalil yang menunjukkan demikian adalah:
إِنْ هُوَ إِلاَّ عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلاً لِبَنِي إِسْرَائِيلَ. وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلاَئِكَةً فِي اْلأَرْضِ يَخْلُفُوْنَ. وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلاَ تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُوْنِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيْمٌ
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar adalah tanda bagi hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.” (Az-Zukhruf: 59-61)
“Dan sesungguhya Isa itu adalah tanda bagi hari kiamat”, maksudnya adalah bahwa turunnya Isa termasuk tanda-tanda hari kiamat, dan dengan itu diketahui bahwa kiamat sudah dekat. Demikian menurut penafsiran Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Adh-Dhahhak, dan As-Suddi. (Zadul Masir, 7/325, Al-Qurthubi, 16/105). Dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma membacanya dengan لَعَلَمٌ yang berarti tanda.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentang tafsir “Dan sungguh Isa itu adalah tanda bagi hari kiamat’, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
نُزُوْلُ عِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ مِنْ قَبْلِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Itu adalah turunnya Isa bin Maryam sebelum hari kiamat.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya. Bab Al-Bayan bi anna Nuzul Isa ibni Maryam min A’lamis Sa’ah, 15/228 no. 6817)
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا
“Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (An-Nisa`: 159)
Telah lewat tafsir Al-Hasan rahimahullahu terhadap ayat ini.
Adapun hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka cukup banyak yang menunjukkan akan turunnya Isa bahkan sampai kepada derajat mutawatir, sebagaimana disebutkan oleh para ulama hadits dan yang lain, seperti Ibnu Jarir, Ath-Thabari, Ibnu Katsir, Shiddiq Hasan Khan, Anwar Syah Al-Kasymiri, Al-Azhim Abadi, Asy-Syaikh Al-Albani6, dan akan kita sebutkan nanti sebagian ucapan mereka. Dan di sini saya akan sebutkan sebagian hadits tersebut.
1. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia mengatakan: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُوْشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمُ بْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلاً فَيَكْسِرَ الصَّلِيْبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيْرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ وَيَفِيْضَ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ حَتَّى تَكُوْنَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا. ثُمَّ يَقُوْلُ أَبُوْ هُرَيْرَةَ: وَاقْرَؤُوا إِنْ شِئْتُمْ {وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا}
“Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, hampir-hampir akan turun di tengah-tengah kalian Ibnu (putra) Maryam, sebagai hakim yang adil. Ia memecahkan salib, membunuh babi, dan meletakkan (tidak memungut, pent.) jizyah, dan harta ketika itu melimpah tidak seorang pun menerimanya, sehingga satu sujud menjadi lebih baik daripada dunia dan apa yang ada padanya.” Abu Hurairah mengatakan: Bacalah bila kalian mau, ayat (artinya): Dan tidaklah seorang pun dari ahlul kitab kecuali akan benar-benar beriman kepadanya sebelum kematiannya, dan di hari kiamat nanti ia akan menjadi saksi bagi mereka.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 3264, 3/1272. Bab 50 Nuzul Isa bin Maryam ‘alaihissalam; Muslim no. 155, 1/135 Bab 71 Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina Muhammad. Ini adalah lafadz Al-Bukhari)
2. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ بْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ
“Bagaimana kalian bila turun putra Maryam di tengah-tengah kalian dan imamnya dari kalian.” (HR. Al-Bukhari, Kitab Ahaditsul Anbiya` Bab 49 Nuzul Isa ibn Maryam no. 3449; Muslim Kitabul Iman 1/135 no. 390, Bab 71 Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina Muhammad cet. Darul Ma’rifah)
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma ia mengatakan: Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلىَ الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمِ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا. فَيَقُوْلُ: لاَ إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلىَ بَعْضٍ أُمَرَاءُ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ
“Masih tetap sekelompok dari umatku mereka berperang di atas kebenaran, mereka unggul sampai pada hari kiamat.” Beliau besabda: “Lalu turunlah Isa bin Maryam, lalu pemimpin kaum muslimin mengatakan: ‘Kemari, jadilah imam kami.’ Maka ia menjawab: ‘Sesungguhya sebagian kalian pemimpin atas sebagian yang lain sebagai kemuliaan Allah atas umat ini’.” (Shahih, HR. Muslim, 2/368 Bab 71 Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina Muhammad; Ibnu Hibban, no. 6819, 15/231, Bab Al-Bayan bi Anna Imama Hadzihil Ummah ‘inda Nuzul ‘Isa bin Maryam Yakunu minhum duna an yakuna ‘Isa Imamahm fi Dzalika Az-Zaman)
Dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
اطَّلَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ فَقَالَ: مَا تَذَاكَرُوْنَ؟ قَالُوا: نَذْكُرُ السَّاعَةَ. قَالَ: إِنَّهَا لَنْ تَقُوْمَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ؛ فَذَكَرَ الدُّخَانَ وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوْعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنُزُوْلَ عِيْسَى بْنِ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَيَأَجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ وَثَلاَثَةَ خُسُوْفٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيْرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنَ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ
Rasulullah melihat kami dalam keadaan kami sedang saling mengingat, maka beliau mengatakan: “Sedang saling mengingatkan apa kalian? Mereka menjawab bahwa kami sedang saling mengingat hari kiamat. Beliau mengatakan: Kiamat tidak akan bangkit sehingga kalian melihat 10 tanda, lalu beliau menyebut: Asap, dajjal, binatang, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam, Ya`juj dan Ma`juj, 3 peristiwa tenggelamnya (suatu daerah, -pent) ke dalam bumi, di daerah barat, di daerah timur, dan di jazirah Arab, yang terakhir adalah api yang muncul dari negeri Yaman yang menggiring manusia ke tempat berkumpulnya mereka.” (Shahih, HR. Muslim, Kitabul Fitan Wa Asyrathus Sa’ah, Bab Fil Ayat Allati Takunu Qabla As-Sa’ah, 18/234 no. 7214. Cet. Darul Ma’rifah. Hadits ini diriwayatkan pula oleh yang lain)
Atas dasar dalil-dalil yang ada maka kaum muslimin bersepakat akan turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam di akhir zaman, sebagaimana keterangan para ulama berikut ini:
Ibnu ‘Athiyyah rahimahullahu mengatakan: “Umat telah berijma’ atas apa yang terkandung dalam hadits yang mutawatir, bahwa Isa hidup di langit dan bahwa ia akan turun di akhir zaman. Lalu ia akan membunuh babi dan memecah salib, membunuh Dajjal, melimpahkan keadilan dan agama akan unggul –yaitu agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam– dan beliau akan haji dan tinggal di bumi selama 24 tahun, dan dikatakan pula selama 40 tahun.” (Tafsir Al-Muharrar Al-Wajiz, 3/143)
As-Safarini rahimahullahu mengatakan: “Umat telah berijma’ akan turunnya Isa dan tidak ada yang menyelisihinya dari ahlu syariah (pengikut syariah). Yang mengingkari hanyalah para filosof dan atheis, yang tidak diperhitungkan penyelisihannya. Dan telah terdapat ijma’ pula bahwa ia turun dan berhukum dengan syariat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan dengan syariat yang tersendiri saat turunnya.” (Lawami’ Al-Anwar, 2/94-95)
Di antara yang menukilkan ijma’ juga adalah Al-Munawi rahimahullahu dalam kitabnya Faidhul Qadir. (Lihat Iqamatul Burhan)
Dengan ini, maka hal ini menjadi aqidah muslimin. Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Al-Azhim Abadi mengatakan: “Telah mutawatir berita dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal turunnya Isa bin Maryam ‘alaihissalam dari langit dengan jasadnya ke bumi saat mendekati terjadinya kiamat. Dan ini adalah mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah.” (‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud, 11/457)
Demikian pula kita dapati para ulama yang menuliskan aqidah Ahlus Sunnah, mereka menyebutkan bahwa keyakinan ini sebagai salah satu aqidah Ahlus Sunnah. Sebagai contoh, Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu dalam kitabnya Ushulus Sunnah, Al-Barbahari rahimahullahu dalam kitabnya Syarhus Sunnah, Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullahu dalam kitabnya Maqalat Islamiyyin, Ath-Thahawi rahimahullahu dalam kitabnya ‘Aqidah Thahawiyyah, Ibnu Abi Zaid Al-Qairuwani rahimahullahu dalam Risalah-nya, Abu Ahmad bin Husain Asy-Syafi’i rahimahullahu yang dikenal dengan Ibnul Haddad dalam kitab Aqidah-nya, serta Ibnu Qudamah rahimahullahu dalam Aqidah-nya.

1 Mengapa disebut Al-Masih? Dari kata “Ma-sa-ha” yang artinya menghapus atau mengusap. Ibnul Atsir rahimahullahu menjelaskan: Telah berulang-ulang penyebutan “Al-Masih ‘alaihissalam” dan penyebutan “Al-Masih Ad-Dajjal”. Adapun Isa dinamakan demikian karena beliau tidak pernah mengusap seorang yang cacat kecuali mesti sembuh. Pendapat lain: “Karena telapak kaki beliau tidak cekung”, atau “karena beliau lahir dari ibunya dalam keadaan diusap dengan minyak”, atau “karena beliau mengusap bumi” artinya memotong jarak yang jauh, atau artinya “yang sangat jujur”, atau “Dia dalam bahasa Ibrani disebut ‘Masyih’ lalu diarabkan menjadi ‘Masih’.”
Adapun Dajjal disebut Al-Masih, karena matanya yang satu terhapus, pendapat lain: “yang mengusap bumi artinya yang memotong jarak yang jauh”, “yang fisiknya jelek”. (An-Nihayah, 4/326-327)
2 Shahih, HR. Al-Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
3 Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.
4 Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
5 Demikian tersebut dalam Injil. Adapun kaum muslimin meyakini bahwa beliau belum mati bahkan diangkat menuju kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana akan kami jelaskan dalam pembahasan mendatang, insya Allah.
6 Bisa dilihat nukilan ucapan-ucapan mereka dalam kitab Asyrathus Sa’ah hal. 350-352.

sumber : arisma -> http://nesia.wordpress.com/2007/09/18/justru-setelah-aku-jadi-muslim-aku-tahu-kristen-itu-benar/

Justru Setelah Jadi Muslim, Aku Tahu Kristen Itu Benar

“Inilah yang ingin kukatakan padamu, Ibu, dengan setulus hatiku: justru setelah aku menjadi muslim, maka aku makin yakin bahwa Kristen, agama kalian, tidak salah”

Pindah agama, kerap membawa konsekuensi yang dahsyat. Tapi lelaki ini toh tetap menempuhnya. Lelaki Batak yang dibesarkan dalam iman Kristen ini menyeberang ke Islam, dan menikah dengan seorang muslimah. Ops, bukan karena wanita itu, tetapi karena pergulatan batin, termasuk setelah membaca sebuah buku tulisan Ahmad Dedad.


Dan benar, dia pun harus memelas kepada ibunya, manusia yang paling dihormatinya di muka bumi.

Ibuku yang kucintai, jangan lagi terus-terusan engkau berdiam diri dan menjauhi menantumu itu. Dia sangat baik, Ibu. Dia sudah banyak berkorban untukku, juga untuk ketiga cucumu

Entah sengaja abai, atau memang tidak “tersosialisasi” dengan memadai, tidak banyak yang menyadari Islam dan Kristen adalah agama yang paling banyak persamaannya. Ironisnya, dua agama ini pula yang paling banyak menorehkan sejarah kelam permusuhan hingga hari ini.

Perpindahan keyakinan dari Islam ke Kristen dan sebaliknya, terasa lebih “seru” dibanding ke agama di luar itu, padahal, jika dicermati dengan pikiran jernih, Kristen dan Islam kadang terlihat seperti dua sekte dari satu agama.

“Allazina amanu wa ‘amalussalehah,” itu kalimat yang paling sering muncul di Al-Qur’an. Artinya? Ada di Alkitab, Mazmur (37:3) “Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik.”

Itu barangkali pesan yang ingin disampaikan Jarar ketika menuliskan kalimat yang menggetarkan, yang jadi judul tulisan ini.

Inilah yang ingin kukatakan padamu, Ibu, dengan setulus hatiku: justru setelah aku menjadi muslim, maka aku makin yakin bahwa Kristen, agama kalian, tidak salah

Al-Qur’an tidak pernah mengingkari Yesus Kristus, Isa Putra Maryam. Bahkan narasi tentang Isa dalam Al-Qur’an adalah salah satu cerita yang paling rinci di antara kisah-kisah utusan Allah. Penghormatan kepada sosok ini juga istimewa: Kalamullah (Kata-kata Allah) dan Ruhullah (Ruh dari Allah).

Disebut Kalamullah, karena Isa sudah bisa berkata-kata semasa bayi. Dipastikan, kata-kata itu memang milik Allah, karena bayi manusia biasa jelas belum bisa bicara. Disebut Ruhullah, karena dia memang ruh yang ditiupkan ke tubuh perawan Maria.

Meski tidak mengakuinya sebagai anak Tuhan atau Tuhan itu sendiri, Al-Qur’an mengakui Isa adalah sosok yang “mengandung” keilahian lebih, bahkan dibanding Rasulullah Muhammad SAW, yang punya riwayat genetik manusia biasa.

OK, Adam memang diciptakan tanpa ayah dan ibu, tetapi jelas-jelas dikatakan dibuat dari tanah. Sementara Isa, adalah ruh yang ditiupkan Allah ke tubuh seorang gadis yang belum pernah disentuh lelaki.

Satu-satunya perbedaan, dan sialnya membawa dampak teologis yang luar biasa, adalah soal cerita penyaliban Yesus. Bila Kristianitas mengakui Yesus merasakan penderitaan di kayu salib untuk menebus dosa manusia, Islam menolaknya, karena Allah telah lebih dahulu mengangkatnya ke langit.

Tapi benar-benar cuma di episode itu! Baik Kristen maupun Islam, sama-sama menyebutkan Isa atau Yesus akan turun menjelang hari perhitungan. Meski disebut dalam hadist-hadist shahih, artinya diucapkan oleh Muhammad SAW sendiri, saat ini memang muncul pengingkaran terhadap hal itu di kalangan umat Islam.

Di lain pihak, tidak sedikit kaum muslimin yang beranggapan, “Penerus Pekerjaan” yang disebut-sebut Yesus dalam Yohannes 14:16-26 adalah Muhammad SAW. Klaim yang tentu saja dibantah habis-habisan oleh umat Kristiani. (Hufh! Dua kakak beradik, anak-anak Ibrahim ini emang paling susah diakurin!)

Momen yang bisa dipastikan akan merekonsiliasi dua “sekte” yang berbeda ini adalah saat turunnya Yesus, Isa Al Masih ke bumi. Islam menyebutnya akan meneruskan ajaran Muhammad, sementara Kristen menegaskan Yesus datang demi Kerjaan Surga. Lagi-lagi adu klaim.

Sayangnya, kita mungkin tidak cukup beruntung untuk mendengar langsung dari Isa, siapa benar, siapa salah, atau sebenarnya sama-sama benar, tetapi dipahami salah.

*****

Jika memang Kristen sudah diketahuinya benar, mengapa tak balik lagi ke sana? Kan seorang Jarar Siahaan tidak perlu berhadapan dengan kerepotan-kerepotan itu? Tentu saja, hanya dia yang tahu, dan saya tidak menganjurkannya untuk menerangkan kepada kita. Agama bagi saya bukanlah perayaan komunitas, tetapi jalan sunyi menuju Sang Kebenaran.

Tapi saya jadi ingat obrolan asyik dengan Almarhum Bapak saat saya masih SMA dulu. Dia berpanjanglebar menjawab pertanyaanku yang singkat saja: “Mengapa Tuhan menurunkan agama lebih dari satu?”

Tuhan itu Mahabaik, demokratis kata orang sekarang. Dia mau berepot-repot mendesain beberapa agama, karena Dia ingin memenuhi selera beriman manusia yang berbeda-beda. Satu agama sebenarnya lebih cocok buat seseorang, atau suatu kaum, daripada agama yang lain.

Kau misalnya, kurasa lebih cocok kau jadi Kristen. Kau beriman, dan sebisanya berusaha berbuat baik. Tapi kau malas shalat, malas dengan begitu banyak ritual-ritual yang tertata rinci, yang menjadi ciri Islam. Kau pun selalu bilang, lebih percaya cinta daripada keadilan. Cinta itu esensi Kristen, sementara keadilan adalah pesan utama Islam.

Cobalah mulai kau pelajari Alkitab pelan-pelan, huehehehehe…

Saat itu, ungkapannya itu cuma kumaknai sebagai sindiran halus, karena shalatku bolong-bolong (hal yang masih terus lestari hingga saat ini). Tetapi kalau dipikir-pikir, mungkin ada benarnya juga… Sebuah agama lebih cocok bagi seseorang, atau suatu kaum, daripada agama lain.

Bila Anda memahami Tuhan sebagai Yang Mahaamatbaik, sedemikian baiknya hingga rela mengorbankan “anak” satu-satunya menebus dosamu, pilihlah Kristen. Tapi ngga cukup gitu aja dong. Percaya kepada Yesus Sang Penebus, berarti harus hidup dengan cinta kasih. No free lunch, Dear…

Bila Anda percaya Tuhan memang Mahabaik, tapi ngga segitu baiknya, sebab hanya akan mengampuni dosa-dosamu lewat pertobatan, monggo ke Islam. Shalatlah minimal lima kali sehari semalam, puasa minimal sebulan dalam setahun, bersedekah, dst. Untuk apa? Bukti kepatuhanmu kepada Tuhan, dan melatihmu berlaku adil kepada sesama manusia.

Silakan diperpanjang sendiri deh listnya. Udah mulai puyeng nih.

Kesimpualannya aja deh. Lae Jarar mungkin merasa, desain Islam lebih memenuhi “style imannya” daripada agama sebelumnya. Jadi, sama sekali bukan tentang ini benar, itu salah. Mudah-mudahan terkaan saya benar, sebab kalau tidak, berarti saya salah. @#$%^%$# Pusiiiiing

Wallahu a’lam.

sumber : http://nesia.wordpress.com/2007/09/18/justru-setelah-aku-jadi-muslim-aku-tahu-kristen-itu-benar/